Selasa, 22 Juli 2014

LOMBOK - GILI TRAWANGAN


     Perjalanan liburan keluarga kami kali ini merupakan aji mumpung.... Kebetulan saya mendapat tugas dari kantor pusat untuk keperluan dinas di Mataram - Lombok. Sehubungan jadwal dinasnya Jumat, saya pikir kenapa tidak dimanfaatkan sabtu dan minggunya bawa keluarga jalan2 ke Gili Trawangan.
Sudah lama memang kami ingin berlibur ke Lombok, sebab dari yang saya baca, Lombok (terutamanya Gili Trawangan) tempat wisata yang katanya lebih menarik dari pada Bali - Pulau dewata. Hanya, wisata ke Lombok memang harus untuk tujuan khusus. Tidak seperti ke Bali yang bisa dicapai dengan berbagai moda transportasi.

Thema kami dalam perjalan ini adalah Back packer - Ultimate Traveller (mencontoh tayangan Ultimate Traveller di Nat Geo yang sering di tonton Prity - anak saya). Untuk itu dalam perjalanan kali ini kami sama sekali tidak bawa koper, tapi kami bertiga tarveling dengan membawa ransel carrier.


 
Gaya kami Back Packer ala Ultimate Traveller
 

     Kamis 22 Agustus 2013, kami berangkat pagi2 dari Jakarta dengan pesawat LION AIR. Dan tiba di bandara Udara Internasional Lombok - Praya, tepat pukul 12.00.


Pesawat Lion Air yang membawa kami ke Lombok
 


Bandara udara Lombok - Praya terasa sangat crowded, karena begitu banyaknya penumpang / pengantar (??) yang berseliweran.



Nasrsis di atas pesawat dan saat tiba di Bandara Lombok - Praya 


Bandaranya sangat crowdid

Kami sudah dijemput oleh supir, yang memang sudah saya booking untuk mengantarkan kami dari Praya ke penginapan Lombok Raya Hotel - Mataram. Saat pertama kali saya ke Lombok (Tahun 2012), saya naik Damri dari Praya ke Mataram, ongkosnya kalo tidak salah hanya Rp 15.000/orang.


     Perjalanan dari Praya ke Mataram menempuh waktu sekitar +/- 1,5 jam.  Karena perut sudah lapar, kami makan dahulu di RM Ujung Landasan. Rumah makannya cukup bagus dan tampaknya sering dijadikan juga untuk wedding event (infonya RM ini milik Bupati Lombok). Rumah makannya dengan ciri khas Lombok.


Saya da istri menunggu makanan


Rumah makan dengan bangunan khas Lombok

Segera saja kami memesan makanan khas lombok, yaitu : Ayam Taliwang dan plecing kangkung. Kamipun makan dengan lahapnya. Makanan Lombok yang pedas sesuai dengan lidah kami yang Padang.



Ity bergaya di kursi kerajaan bangsawan Lombok
 


Ini penampakan ayam Taliwang, pedas dan keciiilll.... (ayam muda) 


Plecing kangkung, perhatikan kangkung lombok, yang gede dan suegerr... 


Ity gak suka pedes, jadi makannya cumi tepung ajah


     Setelah chek in di Lombok Raya Hotel dan istirahat sejenak, sore ini saya isi dengan pekerjaan kantor sampai besok siangnya. Pekerjaan saya bisa selesai siang itu dan sehabis jumatan, akhirnya it's a free time...... (Oh ya, rate menginap di Lombok Raya +/- Rp 500.000/malam).



Penampakan kamar dan kolam renang Villa Ombak



Nyebur di kolam buat ngademin badan dan saat sarapan
 


Teras kamar kami dengan kolam renang di depannya



Tiba saatnya untuk menuju destinasi utama wisata kami : Gili Trawangan. Gili yang dalam bahasa lombok artinya Pulau, merupakan satu dari 3 pulau cantik yang terdapat di utara pulau Lombok. Yaitu : Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan, yang terletak berurutan berdekatan.


Peta Gili Air, Gili Manu dan Gili Trawangan (pulau paling gede)


Dengan diantar oleh supir yang kemarin, kami menuju ke pelabuhan penyeberangan Bangsal. Jaraknya sekitar 2 jam perjalanan dari Mataram, melewati pantai Senggigi. Setelah melewati pantai Senggigi, kita akan disuguhi pemandangan pantai yang cantik sepanjang perjalanan. Dari teluk Malimbu, kita dapat melihat keramba2 mutiara. (Dari yang saya baca, kerang mutiara hanya dapat diternakkan di perairan laut yang lingkungannya masih baik).


Foto dengan latar belakang pantai Senggigi nan indah




Teluk Malimbu, kelihatan Gili Air dan Gili Manu di belakang
 

Akhirnya, sampailah kami di pelabuhan penyeberangan Bangsal. Uniknya, mobil tidak boleh masuk sampai pelabuhan, tapi menjelang jalan masuk kita harus naik bendi/delman (+/- Rp 25.000). Tujuannya tidak lain untuk memberi ciri khas dan pendapatan kepada penduduk asli/lokal pelabuhan. Walaupun saya sempat mendengar, ada yang tidak setuju dan demo terhadap hal ini.


Harus naik bendi untuk masuk pelabuhan Bangsal

     Sampai di pelabuhan kami membeli tiket, dan tak lama menunggu dipersilahkan naik ke kapal. Mulanya semua aman2 saja, tapi tak lama kemudian ternyata kapal ini juga membawa barang2 kebutuhan pulau/gili trawangan. Sehingga kamipun berlayar berdesak2an dengan berkardus2 makanan, minuman, kambing, ayam dll... (tepok jidat).



Menyebrang bareng kardus dan perlengkapan kebutuhan sehari2

Hanya ada 2 pilihan untuk sampai ke Gili Trawangan. Naik kapal umum seperti ini (harga terjangkau), tapi sama sekali tidak nyaman (Tapi karena thema kami kali ini back packer, jadi nyantai aja deh !!) atau naik speed boat (charter) yang tarif nya bisa mencapai 1 juta rupiah hanya untuk mengantar perjalanan +/- 15 menit.


     Akhirnya setelah berdesakan dengan berbagai barang kebutuhan selama perjalanan, kamipun sampai di Gili Trawangan. Yang pertama menjadi perhatian saya adalah air lautnya yang jernih dan langitnya yang biru.


Saat pertama menjejakkan kaki di Gili Trawangan, It's awesome...

Dari dermaga kami naik bendi/delman yang disebut CIDOMO menuju hotel Villa Ombak (rate villa ombak Rp 1,5 jt/malam). Di Gili Trawangan memang tidak ada kenderaan bermotor. Untuk transportasi bisa jalan kaki, naik sepeda atau naik Cidomo ini.


Cidomo, satu2nya kendaraan transportasi umum di Gili Trawangan
 


     Sampai di hotel Villa Ombak kami chek in dan istirahat sebentar, sambil menyusun barang2 bawaan. Kemudian kami keluar lagi untuk mencari makan siang. Siang itu kami makan nasi Padang (di satu2 nya warung nasi Padang di Gili Trawangan).


 
 

Ini penampakan kamar kami di Villa Ombak
 


Rumah makan Padang ternyata ada di mana2
 

 
     Selesai makan siang kami balik ke hotel untuk istirahat siang. Selama perjalanan balik ke hotel (dengan berjalan kaki) saya perhatikan hampir sebagian besar pengunjung di Gili Trawangan ini, adalah turis asing (Bule). Mungkin hampir 80% dan hanya 20% turis lokal. Jadi kita merasa di kampung bule, bukan merasa di Indonesia.
Dan sepertinya bule yang datang ke Gili Trawangan juga lebih beragam, selain dari Autralia, banyak yang dari Eropah juga Amerika. Tidak seperti di Bali yang didominasi bule Australia.


 
Salah satu type kamar di villa ombak dan suasana depan hotel


     Sorenya kami kembali keluar, tujuannya adalah explore sekeliling pulau/Gili Trawangan. Dengan perhentian akhir Sun Set Point. Suatu tempat yang memang khusus untuk melihat sunset.
Dengan charter Cidomo (Rp 75.000) kami bertigapun berkeliling pulau/Gili Trawangan. Perjalanan keliling pulau memakan waktu +/- 1 jam an. Jalannya mengelilingi sepanjang garis pantai pulau. Sepanjang jalan tampak beberapa villa dan penginapan sampai ke pelosok2.
Sengaja kami memilih perjalanan sore hari sehingga bisa berakhir untuk melihat sun set di Sun Set point.



Cidomo, yang dilengkapi radio komunikasi
 

     Ketika sampai di Sun Set point terlihat sudah ramai turis yang duduk2 di sepanjang pasir pantai sambil memandang matahari yang akan terbenam. Kamipun ikutan duduk di atas pasir tepi pantai. Pasir di pantai sangat lebut dan putih.
Akhirnya matahari pun turun di peraduannya, menimbulkan bias oranye yang indah, dibawah tatap kekaguman kami yang menonton.






Saat matahari tenggelam di balik gunung Rinjani
 



 



Dua bidadariku yang cantik-cantik
 


Suasana santai memandang matahari terbenam 


 




    
     Setelah melihat sunset, kami balik ke hotel dan mandi untuk menyegarkan badan. Mandi di Gili Trawangan airnya payau (terasa asin), dan hanya disediakan gentong kecil untuk air tawar bersih. Sehingga kita harus mandi terlebih dahulu dengan air payau ini, terakhir baru dibasuh dengan air tawar. Ini adalah salah satu cara untuk menghemat sumber air bersih di pulau kecil ini.


Gentong kecil, untuk tempat air bersih (fresh water)


     Kemudian malamnya kami keluar lagi untuk mencari makan malam. Berbagai macam restoran Sea food, Japanesse food, Italian food, Irish food buka sepanjang jalan.
Dari yang pernah saya baca, di pulau/Gili Trawangan ada motto : Tiada hari tanpa party/pesta, dan pestanya diadakan bergiliran di antara restoran2 di Gili Trawangan.

Akhirnya kami menentukan pilihan untuk makan malam di sebuah restoran dengan menu Italia di pinggir pantai dekat hotel. Pilihan yang lebih mendasar pada keinginan Prity yang menyukai Italian Food, saya dan istri lebih memilih makan nasi goreng !!
Malam itu bulan bersinar terang dengan indahnya, sehingga suasana terasa romantis. Selesai santap malam kamipun balik ke hotel dan tidur.





 




Terang bulan dan pasangan yang asyik berdua di dermaga
 


     Paginya kegiatan kami dimulai dengan berjalan santai sepanjang pantai. Tujuannya adalah menuju tempat penyewaan sepeda. Suasana pantai benar2 indah dan bersih, langitnya biru dan air lautnya jernih. Kami mengambil beberapa foto2 di pantai.


Ity in action di dermaga Villa Ombak


Suasana pagi di pantai Gili Trawangan dengan langit birunya 


Ity dengan latar kursi/bantal pantai berwarna merah


Pantai jernih dan langit biru... wonderfull Gili Trawangan
 



Rumah adat khas Lombok dan penginapan2 kecil murah meriah
 

 Tempat santai sepanjang pantai dan tempat penyewaan sepeda


Jalanan sepanjang garis pantai Gili Trawangan


Setelah mendapatkan sepeda (Rp 45.000 untuk 24 jam / sepeda) kami balik ke hotel untuk sarapan. Sebagai hotel bintang 4, dan salah satu hotel terbaik di Gili Trawangan, sarapan pagi kami terasa mewah. Apalagi yang makan sebagian besar bule.


3 buah sepeda yang kami sewa 


Sarapan pagi di resto Sea Horse hotel villa Ombak



Selesai sarapan, kemudian kami berenang di kolam renang hotel. Air di kolam renang juga terasa payau. Puas berenang di kolam renang, kami langsung menyeberang jalan menuju ke pantai dan kembali bermain air di pantai.



Kolam renang Hotel Villa Ombak




Main air dan berenang di pantai depan hotel Villa Ombak



Tempat bersantai di depan hotel Villa Ombak
 

 
Restoran tepi pantai, dengan arsitektur dari bambu yang unik dan spektakuler
 

Mumung nungguin kami yang sedang berenang, di cafe villa ombak 
 

     Selesai bermain air di pantai, kami kembali ke kamar untuk mandi, makan siang dan istirahat. Makan siang kami hari itu dengan bersepeda menuju warung masakan sunda di dekat pelabuhan. Kemudian kami istirahat dan leyeh2 serta tidur siang.
Sorenya kembali kami bersepeda keliling pulau, tujuannya adalah melihat sunset di sunset point tapi dari arah dermaga kayu. Kalau kemarin kami melihat sunset dari pantai pasir putih.
Sebelum ke Sunset Point, kami jalan2 dulu untuk membeli jagung bakar dan makan ice cream.


 
Abang tukang jagung bakar dan Ity sedang makan ice cream
 
 
Bule juga suka jagung bakar ya ??


 
Kami bersepeda menuju dermaga sun set Point
 

     Selesai makan jagung bakar dan ice cream, kembali kami mengayuh sepeda menuju dermaga Sun Set Point. Dari hotel Villa Ombak kurang lebih 10 menit bersepeda. Ketika sampai di sana, sudah banyak juga orang yang menunggu untuk melihat sun set. Kamipun mencari tempat duduk yang strategis, dan kembali kami mengagumi keindahan alam saat matahari terbenam.


Sudah ramai turis yang menunggu untuk melihat sunset
 


 

Dermaga kayu, tempat untuk melihat sun set (Sun Set point)




Pantai pasir putih ada diseberang dermaga kayu
 



Saya dan istri berpose, di belakang turis bule ikutan narsis




Sun Set Point dengan latar belakang Gunung Rinjani



     Selesai melihat sunset, kamipun balik ke hotel untuk mandi dan bersiap2 untuk makan malam. Rencana malam ini kami akan dinner di restorant Villa Ombak.
Restaurantnya terletak di tepi pantai dan kami pesan meja tepat di out door menghadap langsung pantai. Hampir semua tamu yang makan adalah turis bule, dan umumnya berpakaian resmi. Mungkin karena malam minggu, suasana cukup ramai dan ada live music juga.

Kami makan dengan menu sea food + Nasi Bali + gado2 dan Prity pesan fish chip with french fries. Tadinya kami sudah memesan lobster, tapi ternyata sudah kehabisan/kosong.
Suasana makan malam cukup mewah dan romantis. Selesai makan, kami duduk2 sejenak mendengarkan music. Oh ya, di sebelah retaurant villa ombak juga diputar film bioskop misbar. Jadi film diputar di udara terbuka pinggir pantai.  Sepertinya yang akan menonton harus bayar, tapi karena kami tamu di hotel dan makan di restaurant kami duduk sebentar untuk nonton, free...Dan tak lama kemudian kamipun balik ke kamar untuk tidur.


Suasana makan malam di tepi pantai






 
Menu makan malam kami saat itu
 


Restaurant nya yang makan bule semua



     Pagi ini hari terakhir kami di Gili Trawangan. Istri sudah packing semua barang2 kami, karena siang ini kami akan chek out untuk kembali ke Jakarta dengan pesawat sore. Kami memulai hari dengan sarapan pagi di Sea Horse resto.









Narsis dulu di depan hotel Villa Ombak


     Setelah sarapan, kembali kami main di pantai. Kali ini acara kami adalah snorkling, kamipun menyewa peralatan snorkling dan menyelam di pinggir pantai di depan Villa Ombak. Peralatan snorkling kami sewa dari villa ombak. Berikut daftarnya :




Tempat penyewaan peralatan Snorkling



It's snorkling time.... !! 


 
Laut yang benar2 jernih, langit biru serta pegunungan Rinjani di kejauhan
 





Selesai snorkling kamipun bersiap2 untuk chek out, dan balik menyeberang ke kota Mataram.


Sebelum menuju pelabuhan dan naik ke atas kapal, kami terlebih dahulu foto2 di depan hotel villa Ombak :

 



 Patung catur di depan Lobby Villa Ombak


     Sesampainya di pelabuhan Bangsal, kami sudah dijemput oleh supir yang siap mengantar kami ke bandara Lombok - Praya. Tapi sebelumnya, atas saran driver kami, istri yang berencana untuk membeli oleh2 mutiara, dibawa singgah ke sebuah show room khusus mutiara. Membeli mutiara disini di jamin keasliannya dan bersertifikat.
Sebab di Lombok banyak yang menjual mutiara palsu, jadi jangan membeli mutiara di sembarang tempat jika tidak ingin kecewa.


 Show room yang menjual mutiara bersertifikat
 

     Setelah membeli oleh2 mutiara, kemudian kami makan siang di daerah Taliwang. Taliwang ternyata adalah nama sebuah daerah yang kemudian terkenal dengan ayam Taliwang. Kami makan di rumah makan "Taliwang Raya". Menu nya tak lain tak bukan ayam Taliwang dan Plecing kangkung.
Pada saat kami makan, ternyata ada rombongan Kapolda NTB yang juga sedang makan di restoran tsb


Kelurahan Taliwang, dijadikan tempat wisata kuliner 




Nasi putih + Plecing kangkung + Ayam Taliwang + Sambel..... hmmmmm.... yummy...
 

     Di jalan depan pasar Ampenan kami sempat berhenti sebentar, karena istri ingin membeli piring rotan khas lombok (buat arisan, katanya : biar gak susah nyuci piringnya).
Kemudian perjalanan dilanjutkan ke bandara Lombok Praya. Yang menarik sepanjang perjalanan menuju bandara adalah hampir semua lampu jalan sudah memakai solar cell tenaga matahari. Seingat saya Jogja adalah salah satu kota yang juga memakai sollar cell ini di lampu jalannya.  Akhirnya sampailah kami di Bandara, setelah chek ini sore itu kamipun berangkat dengan pesawat balik ke Jakarta.
 
 

1 komentar: