Rabu, 15 Desember 2010

Road to Pangandaran, Green Canyon - Batu Karas

     Sehubungan anak (satu2 nya - Prity) telah selesai ujian, dan adanya harpitnas pada Senin, tanggal 06 Desember 2010 (Selasanya hari libur Tahun baru Islam), maka saya mengambil cuti saat hari harpitnas tersebut, dan mengajak keluarga untuk liburan ke PANGANDARAN.


Suasana Pantai Pangandaran


     Kami berangkat Sabtu tgl 04 Des 2010 pagi2. Setelah beres2 dan sarapan pagi, mobil Xenia hitam B 1423 TFE berangkat dari rumah di kawasan Pulo gebang - Jakarta Timur pukul 06.10. Masuk tol Bintara, bayar Rp 7.000 menuju tol Bekasi Barat. Di pintu tol Bekasi Barat diberi kartu tol, dan mobil melaju di tol Cikampek.


     Cuaca pagi itu rada mendung. Putri kecilku Prity duduk di depan asyik main Face Book di BB sambil sekali2 nonton film yg kuputar di TV Mobil. Istriku (Elsa) juga asyik up date status di BB sambil ngemil di belakang. Kami memang selalu berpergian bertiga.

Dari tol Cikampek belok kanan, memasuki tol Padalarang.  Di tol Padalarang pagi itu mobil kupacu rata2 100-120 km/jam. Tukar kartu tol di pintu tol Bandung dan akhirnya keluar dan bayar tol di pintu tol Cileunyi (kalo gak salah kena Rp 45.000 ya ??). Keluar tol, lurus kemudian putar balik dan ambil kiri menuju arah Garut-Tasik. Melewati jalur Nagrek dan terus menuju ke arah Jateng/Banjar.


     Setelah Nagrek, di daerah Malangbong jalannya naik turun, berkelok2.  Istriku, Elsa sempat mabuk dan muntah2, sehingga kami harus berhenti sebentar sambil saya meluruskan pinggang. Kami berhenti di depan sebuah tempat makan dan pesan teh manis panas. Setelah agak mendingan perjalanan dilanjutkan.
Memasuki kota Banjar sudah pukul 11.30 sempat berhenti sebentar karena ada razia polantas. Surat2 lengkap, lanjut....... . Di rest area kota Banjar yang rindang kami beristirahat, Prity pesan bakso dan kami duduk2 santai sambil minum kelapa muda.


Banjar Rest Area


Lampion dan tenda2 di rest area Banjar


Istirahat sambil minum kelapa muda segar


     Rencananya kami mau makan siang sekalian, tapi karena orang rame kongkow di rest area tsb (umumnya anak2 sekolah) dan masih belum terlalu lapar, perjalanan pun kami lanjutkan. Dari rest area ada pertigaan langsung ambil kanan menuju Pangandaran (Kalau ambil lurus, menuju Jateng). Dari sini sekitar 1,5 -2 jam lagi menuju Pangandaran.


Pertigaan penunjuk arah, ke pangandaran


Suasana kota Banjar


      Sempat berhenti di sebuah pom bensin untuk shalat Zuhur, sekitar pukul 01.00 perut kami sudah mulai terasa lapar. Akhirnya diputuskan berhenti di pinggir jalan untuk makan siang. Pemandangannya, sawah yang tergenang air. Gelar tikar, buka2 bekal, kamipun makan siang.
Bekal makan siang memang sudah disiapkan istri tercinta, nasi putih dengan lauk ikan goreng, sambel dan teri. Terasa nikmat makan bertiga dipinggir jalan siang2 itu.


Makan siang di pinggir jalan, pemandangan sawah


Lauk ikan goreng + teri  + sambel + mie hun... suedaaapppp....!!


Prity makannya di mobil ajah.....


     Selesai makan, perjalanan dilanjutkan. Sekitar jam 2 an kamipun mulai memasuki Pangandaraan. Dimulai jalan mendaki bukit, melewati plang objek wisata KARANG NINI, menuruni bukit hingga akhirnya kami sampai di traffic light sebuah perempatan.
Ke kiri ada kantor polisi Pangandaran dan gerbang 2 pantai Pangandaran, ke kanan (Verbodent - tidak boleh belok kanan - arah menuju Batu Karas).  Kami mengambil arah lurus, ke jalan 2 jalur dan menuju gerbang utama Pantai Pangandaran.
Bayar karcis masuk Rp 27.000 (tanpa dikasih karcis) melewati gerbang, lurus mentok sudah kelihatan pantai Pangandaran. Kami ambil kiri menyusuri sepanjang jalan pantai barat. Melewati hotel Century (tempat rencana kami menginap 1 malam), kami memutuskan jalan dulu dengan mobil untuk observasi pantai Pangandaran.


Setiap penunjuk arah jalan, pasti ada info jalur evakuasi


     Sepanjang pantai Barat, sebelah kiri banyak hotel dan penginapan, sebelah kanan adalah pantai yang dipenuhi warung2 orang berjualan, rental sepeda dan tatto tempporary. Di sebelah hotel Laut Biru kami belok kiri menuju jalan pantai Timur. Di pantai Timur, setelah foto2 sebentar, kamipun menuju hotel.



Prity sibuk  foto2 sendiri



Pantai Timur Pangandaran



     HOTEL CENTURY Pangandaran, sepertinya hotel baru. Berlantai 2, dengan model minimalis. Setelah chek in (rate Rp 300.000) kami mendapat kamar No 201, kamar di lantai 2, berada paling depan.
Kamarnya cukup bagus dan bersih. Hanya sayangnya kamar mandi tidak ada exhoused fan dan jendela udaranya kecil sekali sehingga kamar mandinya terasa pengap dan panas. Dan AC nya tidak dingin sama sekali.


Hotel Century, pantai Barat pangandaran



Plank nama hotel Century


kamar2 hotel century, difoto dari depan kamar kami



Saya sempat minta tukar kamar, karena menurut pegawai hotel kamar depan dan lantai 2 memang panas karena terkena langsung sinar matahari. Tapi di lantai 1 pun AC nya tidak dingin, sehingga kami memutuskan tetap di lantai 2, kamar 201 saja. Yang menyenangkan pelayan hotel ramah2 dan mau melayani dengan baik permintaan2 kami.

     Istirahat sejenak sambil tiduran, pukul 05.00 sore kami keluar untuk jalan sepanjang pantai. Kami pun menyewa sepeda untuk jalan2 sore itu. Sewa sepeda (Rp 5.000 utk sepeda 1 orang/jam, dan Rp 20.000 untuk sepeda berpenumpang 3 orang/jam. Tapi karena susah dan khawatir mengendarai sepeda utk 3 orang, akhirnya kami sewa 3 sepeda mini masing2 satu. Saya sempat menanyakan harga sewa motor ATV, katanya
Rp 70.000 per jam (cukup mahal tapi,..... keren lah).


Bersepeda sepanjang pantai Timur



     Kami bersepeda sepanjang pantai Barat, di belakang hotel laut biru sempat makan mie Acip (Rp 15.000/porsi). Kemudian lanjut bersepeda bertiga sambil foto2 sepanjang jalan pantai timur. Kemudian balik ke hotel karena sudah kecapekan akibat jarang bersepeda.



Makan Mie Acip



     Setelah memulangkan sepeda, kami langsung ke seberang hotel, menuju tepi pantai. saya bermain air dengan Prity sementara istri foto2. Beberapa pengunjung menyewa perahu menuju pantai pasir putih di kawasan hutan lindung. Tukang perahu sempat menawari sewa perahu, harganya : Rp 75.000 mengantar ke pasir putih dan Rp 150.000 mengantar keliling hutan lindung. Namun kami menolak. Kami bermain di pantai hingga menjelang maghrib, sayang sun set tidak terlalu kelihatan sore itu, akibat mendung.



Foto2 menjelang sun set



Bermain air di pantai Barat Pangandaran



     Balik ke hotel kami mandi dan istirahat. Malamnya istri masak nasi goreng di kamar hotel (kompor gas traveling dan penggorengan diselundupkan diam2), dengan nasi sisa makan siang yang sengaja dibawa lebih. makan malam dengan nasi goreng, nonton TV sambil bersenda gurau kamipun tidur.



Cheff Elsa mempersiapkan nasi goreng



     Pagi2 kami bangun agak siangan, sarapan pop mie, kami bermain air lagi di tepi pantai. Pagi itu orang cukup ramai. Prity sempat mencoba naik kuda (Rp 15.000 sekitar 10 menit). Kami bermain air s/d pukul 9. Kemudian balik ke hotel, mandi, siap2 dan chek out untuk menuju Green Canyon Batu Karas.



Keramaian pengunjung di pagi hari


Prity naik kuda


     Sekitar pukul 10.00 kami berangkat dari pantai pangandaran, menuju Green Canyon. Jalan yang dilalui jelek dan berlobang2. Sekitar pukul 11.00 sampailah kami di GREEN CANYON.
Green Canyon atau dalam bahasa sundanya Cukang Taneuh (jembatan tanah) merupakan fenomena alam yang jarang ditemukan.  Merupakan sebuah gua (jembatan) yang dilintasi sungai. Pemandangannya indah seperti bukit2 di Gren Canyon Amerika, tapi didominasi warna hijau, termasuk air sungainya yang berwarna hijau tosca. Sehingga dinamakan Green Canyon.


Petunjuk arah ke Green Canyon dari arah pantai Pangandaran


Dermaga Green Canyon terletak di pinggir jalan, dengan gerbang bertuliskan Cukang Taneuh / Green Canyon besar2 di kiri jalan. Kanan jalan adalah tempat parkir mobil yang luas dengan warung2 makan di pinggir2 nya.
Tukar celana pendek kamipun masuk ke dermaga (untuk masuk ke dermaga, gartis).


Gerbang dermaga Green Canyon yang terletak dipinggir jalan


Tempat parkir luas, yang terletak di seberang jalan


     Menuju loket, bayar Rp 75.000 untuk sewa kapal dan diberi kartu + karcis (kalo gak salah, tercantum sewa kapal 65 ribu + kebersihan + Retribusi ini + retribusi itu, jadilah = 75.000). Kemudian menuju pinggir sungai, kartu diberikan ke tukang perahu yang sudah berderet antri untuk mengantarkan pengunjung. Kapal yang tersedia kelihatannya lumayan banyak, dan antriannya diatur oleh pengelola (Pemda).  Saat itu karena musim hujan, sehingga air sungai berwarna coklat dan bukan hijau tosca seperti yang selama ini dipromosikan. Sehingga kurang indah.


Loket dan pemberitahuan harga


Antrian pengunjung dan air sungai yang coklat



     Kami segera naik ke perahu, dan perahunya pun mulai jalan. Mula2 pemandangan kiri kanan hanya pepohonan biasa dan hutan2 bambu, melewati sebuah jembatan dan terus menyusuri sungai. Pemandangannya biasa saja. Kadang kami berselisih dengan perahu rombongan lain yang baru balik dan kembali menuju dermaga.


 Bersiap2 menaiki perahu


 Dermaga Green Canyon, dengan antrian perahu


Jembatan yang dilewati diperjalanan

 
     Sekitar 15 menit sampailah kami di pintu masuk Green Canyon. di tepi sungai sebelah kanan ada semacam dermaga/tempat istirahat. Fungsinya, saat pengunjung dan perahu ramai, maka perahu yang selesai mengantar penumpang ke dalam green canyon harus keluar dan menunggu di dermaga ini. Sebab di dalam green canyon lebar sungai hanya cukup untuk 4-5 perahu saja.


 Beginilah pemandangan selama perjalanan 15 menit, menuju Green Canyon


 Dermaga untuk menunggu (hanya ketika perahu ramai)


 Pintu masuk ke Green Canyon, celah menyempit


Prity foto2 menjelang Green Canyon

 
     Perahu kami pun mulai masuk ke pintu Green Canyon, yang berupa tebing di tepi sungai yang menyempit, sekitar 100 m menyusuri celah sempit tsb, kamipun sampai di gua besar yang disebut GREEN CANYON. Kiri kanan sungai  pemandangan berupa stalaktit2 menjuntai seperti di dinding2 gua. Perahu harus berhenti disini karena ber batu2 dan air sungai bertingkat naik dengan arus yang deras. Perahu ditambatkan dan kami naik ke bebatuan untuk foto2. Bersama kami ada 4 rombongan perahu lain. Kamipun foto2 dengan latar belakang tebing2 indah dan gua alam yang besar.


 Ini dia Goa besar, pintu ke Green Canyon


 Dinding2 tepian sungai yang berbentuk batu2 gua


 Air mengucur dari atas goa


 Stalaktit yang terbentuk akibat air yang menetes terus menerus


Menunggu antrian merapat ke goa Green Canyon


     Gua ini hanya awal dari petualangan Green Canyon. Karena dari bebatuan ini kita harus berenang di arus deras menuju ke hulu. Sudah ada tali tambang di permukaan sungai sebagai pegangan agar tidak terbawa arus. Nah menurut informasi, perjalanan berenang ini kemudian bertemu batu untuk tempat meloncat, terus ke hulu lagi akan bertemu air terjun, disinilah pemandangan tebing2 green canyon yang benar2 indah. (menurut info lho, karena saya belum mencobanya).


 Batuan seperti di dalam gua


 Perhentian terakhir, karena di depan air curam


 Foto2 di pintu gua


 Pemandangan di depan ini yang disebut Green canyon


Tebing2 yang indah, seperti di Grand Canyon khan ??


Namun karena arus yang deras dan air sungai yang butek kecoklatan (bukan hijau tosaca yang akan membuatnya jernih dan indah) membuat sebagian besar pengunjung hanya sampai di pintu goa dan tidak melanjutkan berenang ke hulu.


  Siap2 terjun, menelusuri Green Canyon


Berenang menelusuri sungai


Tali yang dipersiapkan, agar tidak hanyut


Berenang dengan berpegangan pada tali

     Tukang perahu sempat menawarkan mengantar berenang dengan biaya Rp 150.000 (Bisa nego katanya). Namun istri saya menolak mentah2, melihat arus yang deras meluap2.
Padahal seharusnya berenang setelah melewati gua inilah pemandangan indah dan petualangan Green Canyon sebenarnya.

 Arus yang deras kecoklatan


Foto2 di atas bebatuan

Kami hanya foto2 sekitar 10 menit an. Agak susah, karena di atas batu karang, orangnya rame sementara arus air deras. Saya harus bolak balik memegang Prity agar tidak berdiri jauh2 dari saya. Berfoto juga rada repot karena tetes2 air yang  turun dari langit gua, walaupun saat itu tidak hujan, agar kamera FUJI S8500 saya tidak basah.


Langit2 gua yang terus mengucurkan air 


Foto2 sambil melihat pemandangan Green Canyon 


Rombongan yang berhasil menyebrang  


Duduk2 sambil melihat air yang mengucur dari atas 


Hati2 agar kamera tidak sampai terkena kucuran air


Akhirnya kamipun balik ke dermaga. Kasih tips sekedarnya ke tukang perahu, kami bertiga kembali ke mobil. Dan langsung melaju menuju pantai Batu Karas.


Melalui celah sempit, keluar dari Green Canyon


Air terjun kecil, menjelang gua Green Canyon

 
     Perjalanan menuju Batu Karas ternyata hanya memutari sungai green canyon. Sekitar 10 menit kami sudah sampai di pantai Batu Karas. Bayar retribusi lagi Rp 20.000 an (kalau tidak salah), di gerbang masuknya. Mobil menuju ke penginapan Java Cove, dan parkir di parkiran hotel.
Karena lapar (sudah jam 02.00), kamipun berjalan menuju warung2 yang banyak bertebaran di sebelah hotel.
Akhirnya kami memilih restoran Sea Food "KANG AYIK". Kami memesan Ikan bakar, cumi dan cah kangkung + Minuman. Ikan dan cuminya langsung pilih sendiri segar2 di dapur. Ada juga kepiting dengan berbagai menu, tapi berhubung kolesterol tinggi, oleh istri tidak boleh pesan.
Untuk bertiga kami membayar Rp 100.000 pas. Cukup murah, sebab porsinya lumayan banyak sampai2 kami kekenyangan.
Selesai makan kami chek in di hotel Java Cove (rate Rp 680.000/malam).


 Duduk santai menunggu makan siang


Pupung dan Ity

     Hotel Java Cove ini cukup representatif, kecil tapi sangat menarik. Berlantai 2 dengan restoran yang cozy di depan. Resto terdiri dari indoor dan out door lengkap dengan tenda2.  Setelah menyelesaikan administrasi kami masuk kamar.


 Tenda2 di resto outdoor yang cozy


java Cove Beach hotel


     Siang itu kami hanya ber istirahat sambil tiduran, nonton TV dan bercanda2. Sorenya rencana mau main di pantai sambil liat sunset. Tapi ternyata hujan mengguyur.
Hujan2 dibawah tenda resto outdoor, si bule dan istrinya terlihat santai minum beer dengan lilin menyala di atas meja. Keliatan romantis banget deh..... Pengen juga duduk2 santai seperti itu tapi karena hujan jadi males.
Ketika Malam tiba, lampu2 hotel juga terlihat sangat artistik, ingin rasanya mebuat foto2 hotel bagus ini, namun sayang hujan mengguyur deras.
Malam itu kembali kami masak untuk makan malam, kemudian tidur nyenyak......


Tenda2 di atas panggung berlantai kayu dengan rumput hijau di bawahnya


    Senin tgl 06 Desember 2010, pagi2 sudah terbangun. Baru nyadar bahwa saat itu sedang berlibur dan berada di kamar hotel Java Cove - Batu Karas.
Pagi itu kami bermalas2 saja di kamar karena di luar hujan gerimis masih mengguyur. Rencana untuk melihat sun rise kembali tidak terwujud (soalnya di Pangandaran sun rise nya juga nggak keliatan).

     Java Cove hotel adalah hotel kecil, berlantai 2 dan hanya terdiri dari 10 kamar. Terletak di teluk kecil yang berkesan private karena tidak terlalu ramai. Kamarnya besar2 dan fasilitasnya senyaman hotel berbintang. Semua kamarnya, dinding yang menghadap ke laut terbuat dari kaca.


 kamar2, berlantai 2


 Tempat cuci kaki yang unik, menghilangkan pasir2 dari pantai


gentong cuci kaki, di dalamnya ada lampunya lho.....

Ada 3 type kamar, yaitu :
1) Mini room, AC tapi non TV, rate 450 an,
2) Deluxe room, AC+TV, luas kamar 6x3,5 diluar kamar mandi, rate 680 ribu ( ini harga week day lho ??)
3) Terrace deluxe room, ukuran kamar sama dengan Deluxe room, bedanya hanya Terrace deluxe room tempat tidurnya terdiri dari 1 king size bed dan 2 single bed. Selain itu terasnya luas (6x4m) ada meja dan sofanya.
Hotel ini direcomended oleh majalah National Geographic sebagai "one of the favourite hotel".



     Saat itu kami menginap di kamar Deluxe room. Kamarnya berlantai kayu parket sehingga berkesan akrab dan nyaman. Dinding depan yang menghadap ke laut terbuat dari full kaca. Dengan pintu2 kaca yang bisa dilipat. Untuk privacy ada krei2 yang bisa ditarik untuk menutup seluruh dinding kaca. Ada teras juga untuk duduk2 santai. Jalan di depan kamar memakai pagar yang juga terbuat dari kaca, sehingga dari kamar dan teras terlihat pemandangan leluasa menghadap ke laut.


 Pagar yang terbuat dari kaca


 Pintu2 kaca yang bisa dilipat


Bed yang nyaman, pengennya tidur mulu....

 
     Di dalam kamar ada 1 king size bed + 1 sofa gede untuk tiduran. Ada 2 lemari pakaian yang digantung di dinding dan meja + kursi. Fasilitas di kamar AC, TV LCD (19") dengan saluran satelit, tea pot listrik untuk buat air panas, kulkas dan safe deposit. Yang cukup unik lampu utama di kamar, 2 lampu pijar transparan kecil digantung telanjang pada 2 kawat listrik yang dipasang melintang di atas langit2 kamar (tidak ada sarangnya). Effeknya, seolah2 lampu menggantung dan pijarnya menyala ke segala arah, termasuk ke langit2 kamar.


Teras untuk duduk santai memandang laut 


Sofa yang dapat dijadikan bed tambahan 


Tempat tidur dan lemari, dengan lantai kayu parket


     Sewaktu chek in, kita mendapat welcome drink berupa minuman jeruk nipis dingin segar serta handuk basah. sementara dalam kamar kita mendapat gratis/with compliment : 2 botol air mineral serta beberapa sachet teh celup, kopi dan creamernya.
Di dalam kulkas juga ada minuman dan makan ringan, namun harus bayar.
Yang paling menyenangkan adalah kamar mandinya. Berukuran 2x3m dengan konsep setengah terbuka sehingga terasa lega dan menyegarkan. Ada wastafel, closet duduk dan pancuran dengan air panas dan dingin yang OK.
Uniknya lantai di tempat mandi/pancuran terbuat dari kayu, pokoknya keren deh....



 Kamar mandi setengah terbuka



      Tempat shower, berlantai kayu


     Sambil menunggu hujan reda, saya bermalas2 nonton TV,  Prity on line main FB di laptopnya (hotel juga ada menyediakan rental modem flasdisk) hanya saya selalu bawa M2 Simpati Flazz untuk OL. Istri sibuk masak indomie.

Sebenarnya menginap sudah ada include breakfast, tapi karena masih malas turun ke resto (apalagi masih gerimis) kami masak indomi dan sarapan di kamar. Sekitar pukul 09, gerimis sudah reda. Kamipun memutuskan untuk jalan2 ke pantai.


  Pantai Batu Karas, berupa teluk private



     Sambil berjalan di pantai kami menuju bukit kecil di ujung teluk. Foto2 sejenak di puncak bukit kemudian turun lagi ke pantai. Di pantai saya dan istri duduk2 melihat Prity bermain2 air, sambil menonton serombongan orang yang sedang naik banana boat. Pagi itu di pantai hanya ada kami dan rombongan tsb.
Laut tenang dengan cuaca mendung. Di pantai penduduk yang berjualan dan menyewakan ban, papan seluncur, serta megoperasikan perahu serta banana boat sibuk membersihkan pantai.
Salut melihat mereka peduli dan mau membersihkan pantai agar kelihatan nyaman dan resik sehingga mebuat pengunjung betah. Sampah2 di sapu dan dikumpulkan, pasir di garu dan didatarkan. Kemudian dibuat lubang2 untuk menguburkan sampah organik.


  Sudut pantai, tempat para selancar menunggu ombak


 Berpose sejenak dari atas bukit


 Ity bergaya


 Nah lho ?? kayak film India aja ya ??


 Bermain air di pantai


Mumung termenung memikirkan pupung yang nggak pulang2...


Bermain banana boat

 
     Pantai Batu karas dikenal dengan ombaknya yang bagus untuk selancar. Banyak turis asing yang datang dan menginap di sini hanya untuk bermain selancar.  Di tepi pantai juga banyak penduduk lokal yang menyewakan papan seluncur ini.

     Bosan main dipantai yang sepi, kami balik ke hotel untuk sarapan. Sarapan di resto depan hotel (De Fresko). Resto hotel ini terletak di depan hotel ada indoor dan outdoor dengan tenda2. Sehingga kelihatan seperti cafe dari luar. Dekorasi dan tata letaknya sangat bagus. Kami sarapan di resto indoor. Untuk menu, saya pesan paket sarapan telur orak arik (omelet) + Roti bakar, Istri pesan bubur dan Prity pesan sereal + Jus buah. masing2 mendapat teh/kopi serta buah potong. Sebagai informasi, resto tidak menyediakan sarapan Indonesia, hanya sarapan eropah. (Tapi, selain menu yang kami makan di atas ada pilihan paket breakfast soto juga kok).


Sarapan di resto hotel


 Menu sarapan


Asyik sarapan pagi

Selesai sarapan kami balik ke kamar dan leyeh2.
Sekitar pukul 11, setelah mandi dan beres2 kami chek out, untuk balik ke jakarta. Over all pengalaman menginap di java Cove hotel sangat berkesan. Saya recommend menginap di hotel ini.

     Sebelum balik kami singgah dulu di pantai batu hiu untuk makan siang. Menu makan siang beli nasi bungkus di warung ibu Ade. Warung bu Ade ini terletak di depan kantor camat Cijulang. Menyediakan berbagai macam menu seperti : Ayam goreng, ikan, rendang, semur jengkol dll.


 Warung makan bu Ade, di depan kantor kec Cijulang


Berbagai macam menu yang tersedia


Dari arah Cijulang setengah jalan menuju Pangandaran sampailah kami di pantai Batu Hiu. Belok ke kanan ada tanda plang batu hiu. masuk ke dalam ketemu gerbang, bayar Rp 27.500 retribusi. Oleh penjaga loket yang berpakaian dinas pemda, diterangkan dengan ramah pilihan tempat parkir dan adanya penangkaran penyu.


Pintu masuk yang unik, berupa mulut ikan hiu

 
      Sampai di parkiran, kami mengeluarkan bekal dan mendaki bukit kecil mencari tempat makan. masuk ke bukit melewati gerbang berbentuk mulut ikan hiu, mendaki tangga menuju puncak. Sekeliling berupa rumput pendek hijau dengan semacam pohon2 pandan yang khas. Kami menuju sebuah gajebo yang dekat menghadap laut. kemudian menyantap makan siang yang tadi di beli di warung bu Ade.


Pepohonan khas Batu Hiu


Ity ngemil sambil memandang lautan



Gajebo tempat beristirahat


Ity dan mung, foto dengan latar Batu Hiu


     Selesai makan kembali foto2. dari atas bukit kecil ini terlihat jelas laut selatan. Dikatakan pantai Batu hiu karena di dekat pantai ada batu karang yang menjulang. Dulu katanya batu tersebut mirip sirip hiu, sehingga pantainya dinamakan batu hiu. Tapi sekarang kelihatan hanya berupa onggokan batu karang, kemungkinan rusak akibat terjangan tsunami beberapa tahun lalu.


Ini dia karang yang disebut Batu Hiu


     Selesai makan, kami kembali melanjutkan perjalan panjang menuju jakarta. Dari batu hiu sekitar pukul 13.00 sampai di rumah jakarta pukul 22.30. Hanya berhenti di pom bensin untuk shalat dan istirahat. Sepanjang jalan diguyur hujan deras, sehingga harus berjalan lambat dan hati2.
Akhirnya sampai di rumah, istirahat. Besok Selasa 07 Des 2010 hari libur, masih bisa beristirahat memulihkan stamina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar