Sehingga terpaksa lah Prity harus izin tidak masuk pada minggu pertama sekolah. untuk berangkat liburan kali ini. Kami merencanakan berada di pulau Bali selama 5 hari (13 Juli s/d 15 Juli 2010).
Berangkat Selasa, 13 Juli 2010, sebelum subuh kami sudah menuju terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Terminal 3 ini baru, bagus dan modern, khusus untuk maskapai penerbangan Air Asia dan Mandala air. Setelah shalat subuh di bandara, pesawat yang kami tumpangi, Air Asia berangkat pukul 06.30 WIB.
Sebelum subuh, sudah siap untuk menuju Bandara
Sekitar pukul 08.30 WITA pagi, kami sampai di bandar udara Ngurah Rai, Denpasar. Dijemput oleh rekan kantor Cabang Denpasar. Kami sempat keliling2 kota Denpasar sebentar, belanja aqua, makanan ringan, roti, dll , baru kemudian menuju hotel. Mengingat hotel belum bisa chek in sebelum pukul 12.00 siang.
Di Bandara Ngurah Rai
Hotelnya sudah saya pesan jauh2 hari via internet, yaitu TUNES HOTEL dari Tune group, yang terletak di Kuta Square. Rate hotel ini untuk kondisi liburan (musim libur di Bali, mengikuti liburnya turis asing), lumayan murah, hanya Rp 280.000. Hotelnya bagus dan bersih, air pancuran panas/dingin juga sangat deras mengucur. Mottonya : " Kwalitas bintang 5, namun dengan harga terjangkau ".
Kekurangannya hanya kamarnya terasa sangat kecil. Tidak cocok untuk keluarga dengan lebih dari 2 orang anak. Juga untuk setiap fasilitas tambahan, akan di charge (Handuk, sabun, AC). Dan di kamar sama sekali tidak ada pesawat TV. (Tapi tidak menjadi masalah.... emang siapa mau nonton TV, saat liburan di Bali).
Tunes Hotel, tempat kami menginap
Setelah istirahat dan tidur siang, sorenya kami memutuskan untuk keluar hotel. Tujuan utama kami adalah pantai Kuta, yang tidak jauh dari hotel tempat kami menginap.
Kami berjalan menuju pantai Kuta yang tidak sampai 5 menit jika berjalan kaki. Apalagi sepanjang jalan bisa cuci mata, melihat2 berbagai souvenir yang dijajakan, serta turis2 asing yang lalu lalang. Di pantai Kuta kami berfoto2, sambil menunggu sunset.
Jalan kaki menuju Pantai Kuta
Pintu gerbang ke pantai Kuta
Seperti biasa, pantai Kuta yang merupakan salah satu ikon pulau Bali, terlihat ramai dengan turis baik domestik maupun asing serta orang yang bermain layang2 dan surfing. Kami duduk2 di tepi pantai berpasir putih. Pedagang acung, tukang pijat dan tukang kepang terlihat menawarkan dagangannya. Kami sempat tertarik dan membeli kaca mata hitam untuk gaya2 an.
Ini dia............Duo Maia !!!
Kami juga sempat melihat ramainya kerumunan orang di tepi pantai, yang ternyata setelah kami dekati sedang ada acara pelepasan tukik (anak penyu) ke laut, yang ramai ditonton oleh turis asing.
Pantai Kuta yang ramai dikunjungi turis domestik maupun asing
Layang2 Bali nan cantik
Suasana pelepasan anak penyu ke laut
Kami bermain di pantai sampai menjelang malam, sambil berfoto2 mengambil moment sunset di pantai Kuta yang terkenal itu.Setelah puas bermain dan haripun sudah menjelang malam, kami balik ke hotel untuk mandi dan istirahat.
Menunggu sunset
Duduk santai di tepi pantai
Turis asing juga bersantai
Istirahat sejenak setelah capek berjalan
Ity menuliskan namanya di pasir
Bermain air di pantai Kuta
Sunset menjelang
Prity bergaya
Mumung ditinggal sendirian.....
Sempat pusing, sehingga harus minum teh anget...
Sunset di Kuta, tertutup awan
Menjelang sunset
Foto2 di depan Hard Rock Hotel Kuta
Yang khas dari pura Tirta Empul adalah pancuran mata airnya yang konon bisa buat awet muda. Dari Istana Negara yang berada di ketinggian, pancuran yang terletak di bawah ini terlihat sangat jelas. Sehingga jika ada yang mandi dipancuran ini akan kelihatan dari istana.
Jembatan di istana negara Tapak Siring
Pura Tirta Empul dengan latar belakang Istana Tapak Siring
Muda mudi Bali dalam upacara adat
Sebenarnya sayang sekali, jika sudah sampai di sini tidak mencoba mandi di pancurannya. Tapi karena hari hujan dan dingin, kami mengurungkan niat untuk mandi.
Pancuran Tirta Empul, Tapak Siring
Masyarakat yang mandi dan berdoa
Sajenan kembang, khas upacara adat masyarakat Bali
Danau Batur, dari Kintamani
Gunung Merapi
Foto berlatar danau Batur
Pura Besakih dengan latar gunung Agung
Ketika akan masuk ke Pura, kami sempat mengalami kejadian yang kurang mengenakkan. Karena, walaupun sudah membayar semua retribusi (lengkap dengan karcisnya), kami sempat "diminta" memberi sumbangan sukarela yang dicatat pada sebuah buku. Dan pada buku tersebut angka yang tercantum diberikan pengunjung sebelumnya, adalah rata2 di atas Rp 200 ribu (benarkah ??..... walahualam).
Dengan rada sungkan, dan agak terpaksa saya memberi Rp 50.000 (itupun dengan perasaan tidak enak, karena merasa memberi paling kecil).
Selain itu kami juga diharuskan memakai pemandu lokal dengan tips Rp 25.000. Padahal supir yang membawa kami sudah bersiap2 untuk memandu, tapi tidak diperbolehkan.
Total biaya untuk memasuki Pura Besakih Rp 100.000, biaya lumayan besar yang saya keluarkan di Bali, untuk memasuki sebuah pura wisata.
Pura Basukian Puseh jagat
Tangga masuk ke dalam Pura
Foto bersama
Charlie Angel's
Atap2 Pura
Ity dan Pupung
Ity dan Mumung
Jalan berundak2 di dalam Pura
Namun semua kekecewaan agak terobati ketika melihat Pura Besakih yang besar dan megah. Sayang, ketika kami di sana, latar pemandangan Gunung Agung yang berada di belakang Pura tidak terlihat, karena tertutup awan.
Setelah puas keliling Pura Besakih, berfoto2 dan makan jagung rebus, kamipun kembali ke kota Denpasar dan langsung menuju hotel untuk istirahat.
Kenderaan kami selama di Bali
Pagi2 sudah sampai di pantai menunggu sun rise
Perlahan mulai terang
Matahari malu2 muncul, tersaput awan
Silhouette di gajebo
The silhouette
Prity dalam bayang2
Prity berpose dalam silhouette
Prity in silhouette 1
Prity in silhouette 2
Di kaki langit Sanur
Matahari semakin tinggi
Mentari pagi menjelang
Di Pantai Sanur kami Foto2 dan berjalan2 sepanjang pantai. Ada yang unik saya lihat, yaitu beberapa penduduk lokal asli Bali yang sembahyang sambil berendam di laut.
Warga yang berendam di air laut, sambil sembahyang
Kerumunan warga yang berendam
Ketika berjalan2 sepanjang pantai kami sempat melewati museum pelukis Le Mayeur yg tesohor. Tapi karena masih pagi, museum masih tutup. Kami juga berjalan2 sepanjang pantai, sampai ke hotel Sanur yang ada landasan helikopternya. Di pantai ramai orang yang melakukan senam pagi.
Museum Le Mayeur di pantai Sanur
Rombongan yang sedang senam pagi
Landasan helikopter di tepi pantai
Mumung bergaya turis bule
Kapal nelayan menjelang sun rise
Prity, dengan latar pantai Sanur
Pantai Sanur, hotel dan kapal
Sebelum pulang kami sempat melakukan foto session untuk Prity, dengan berbagai gaya berfoto di tepi pantai Sanur.
Prity in action !!
Pura Taman Ayun adalah Pura Indah yang dikelilingi oleh air (sungai). Terletak searah jika kita ingin ke Bedugul, sehingga perjalanannya bisa sejalan.
Yang khas dari Pura taman Ayun ini adalah, selain kolam2 yang dipenuhi bunga teratai, adalah atap pura yang berundak2 indah.
Pura Taman Ayun
Semua Pura di Bali mensyaratkan seperti ini
Prity dengan latar menara Pura Taman Ayun
Mumung dan Pupung
Mumung dan Prity di puncak menara
Atap berundak2 yang cantik
Dari Pura Taman Ayun kami menuju ke Dataran Tinggi Bedugul untuk melihat PURA ULUN DANU yang terletak di tepi danau Bratan. Dipertigaan menuju ke Taman Botanical Bali, kami makan siang siang terlebih dulu di sebuah rumah makan yang tepat berada di pojokan.
Pura Ulun Danu yang terletak di atas danau
Menurut saya, Pura Ulun Danu merupakan salah satu Pura yang wajib dikunjungi saat berwisata di pulau Bali.
Keramaian di Pura Ulun Danu
Pasangan muda mudi bersantai berperahu di danau
Sesajenan untuk upacara
friendly Bali, boleh foto2 saat upacara
Patung kodok di Pura
Ity di jembatan danau Bratan dengan busana rajutan Bali
Ity with Pupung
Pura dan Masjid berdiri berdampingan
Mumung
Perhatikan, uang 50 ribu dan 100 ribu asli untuk sesajen
Nih, uang 50 ribu lebih jelas.....
Balik dari Bedugul kami singgah ke PASAR SUKOWATI untuk belanja oleh2. Belanja di sini banyak pilihannya dan harganya pun terjangkau dibanding membeli di Kuta atau Denpasar.
Kami sempat mencoba untuk mengejar sun set di PURA ULUWATU. Namun ternyata hari sudah terlalu malam sehingga kami tidak bisa melihat apa2. Bahkan Pak Dewo yang memandu kami sempat ditegur, kenapa turisnya di bawa sudah terlalu malam. Akhirnya kamipun balik ke Hotel.
Pura Uluwatu, menjelang malam
Pemandangan di Tanah Lot sangat indah, dengan pura yang seolah2 berada di atas batu karang di tengah laut. Saran saya datang menjelang sun set, pemandangannya akan sangat luar biasa. Tapi karena sudah pernah liat sun set di Tanah Lot kunjungan kali ini perginya agak pagian.
Sekilas Pura tanah Lot dari arah Gerbang masuk
Saat itu kami tidak dapat berjalan mencapai Pura, karena sedang pasang naik, sehingga air laut menggenangi jalan ke Pura. Selain melihat pura, kami juga berjalan agak ke kanan mengunjungi semacam karang bolong yang juga ada pura kecil di atasnya. Dari atas, terlihat ombak besar di bawahnya menghantam keras tebing2 karang.
Papan peringatan pasang naik
Prity di pura tanah lot
Prity dengan latar karang bolong
Karang bolong di tanah Lot dengan pura di atasnya
Jalan yang sempit dan terjal menuju pura
Ity dan pupung di Tanah Lot (Manggok mode - ON)
GWK adalah suatu kompleks taman sangat luas, dimana terdapat patung raksasa Garuda Wisnu Kencana.
Patung ini terbuat dari tembaga, dan terdiri dari beberapa potongan badan, yaitu : potongan 1/2 badan dan kepala Wisnu berada di bagian depan (pertama masuk), dan lokasi berikutnya kepala garuda di bagian bawah. Di depan kepala garuda terdapat lapangan yang dikelilingi oleh tebing2 buatan.
Patung Wisnu
Patung kepala garuda
Persiapan pentas menghadap ke panggung Kepala Garuda
Bukit2 buatan yang akan tampak indah disorot lampu
Ini kendaraan apa ya ??
Miniatur patung Garuda Wisnu Kencana
Di lapangan ini sering di adakan upacara gala dinner, dengan lampu2 warna warni menyorot dinding tebing, serta panggung berlatar kepala Garuda (Mirip panggung Ramayana, berlatar candi Prambanan) yang sangat eksotis.
Di parkiran GWK ini saya sempat melihat kenderaan aneh yang dikendarai 2 orang anak. Belakangan saya mengetahui namanya "Segwey" yang akhirnya juga populer di Jakarta.
Kunjungan terakhir kami di pulau Bali sore itu adalah PURA ULUWATU. Pura Uluwatu tidak jauh dari GWK. Pura ini berada di pinggir tebing terjal yang langsung berhadapan dengan lautan luas. Kami sampai di Pura Uluwatu hari masih sore. Kami berjalan2 dulu dan bertemu dengan monyet2 nakal, sehingga harus berbekal sebatang ranting kayu untuk menakuti monyet. Selama di situ ada saja barang2 pengunjung yang diambil monyet2 nakal tersebut, seperti sendal, topi dan kacamata. Harap berhati2 dengan monyet2 di Pura Uluwatu ini.
Pura yang berada di bibir tebibg terjal
Pura Uluwatu
Tebing2 nan curam
jalan berliku di sepanjang bibir tebing, seperti di tembok cina
Pura di tebing terjal
Menjelang senja kami membeli karcis untuk nonton tiket pertunjukan tari kecak. Tiketnya lumayan mahal juga, Rp 75.000/orang. Setelah membeli tiket untuk 3 orang kami menuju panggung pertunjukan.
Panggungnya tidak jauh dari Pura dan berada di ketinggian. Dengan bangku2 bersusun bertingkat mengelilingi pelataran panggung yang berada di bawahnya. Dari tempat duduk panggung ini, terlihat lautan luas dan sepotong bangunan pura di atas tebing.
Panggung dan penonton menunggu Tari kecak
Matahari sore menyorot panas, sehingga harus pakai kain pelindung
Tak lama menunggu, petunjukanpun dimulai. Pertunjukan tari kecaknya terasa sakral dan bernuansa magis. Karena bau dupa, suasana temaram, bangunan pura, lampu2 obor dan latar belakang sun set yang begitu indah.
Tari Kecak berlatar sunset nan Indah
Api dan dupa, menimbulkan suasana magis
Sun set di Uluwatu
Pertunjukan ini sepertinya menceritakan epos Ramayana. Dengan si raja kera Hanoman dan hantu2 lucu yang bermain, dengan ikut melibatkan beberapa penonton. Sehingga terasa menarik dan membuat beberapa turis asing tertawa terpingkal2.
Pertunjukan tari Kecak
Para penari kecak
Pertunjukan dengan latar sun set
Tarian magis, dengan suasana indah
Pura Uluwatu terlihat di kejauhan
Penari dan penonton berkeliling mengelilingi api
Bulan muncul, walau sepotong
Perang melawan raksasa
Badut2 lucu yang mengajak penonton berpartisipasi
Penonton turut dilibatkan
Pertunjukan api menambah seru pertunjukan
Pertunjukannya cukup lama juga, sekitar 1 jam. Dan dalam sekali pertunjukan bisa menyedot sekitar 1000 an penonton (Saya sempat menghitung2, sekali pertunjukan 75.000 x 1.000 orang = 75.000.000, lumayan juga untuk penghasilan 1 malam saja !!), Sehingga ketika turun menuju ke Denpasar, deretan mobil terlihat antri panjang meninggalkan Uluwatu.
Overall, menonton tari kecak di Pura Uluwatu adalah pengalaman yang mengesankan dan saya sangat merekomendasikan.
Sepulang dari Uluwatu kami singgah untuk mencoba kuliner yang saat itu sedang cukup populer di Bali, yaitu Nasi Pedas. Warung nasi pinggir jalan ini konon ramai di datangi artis, untuk menjajal nasi pedasnya. Karena sudah kecapekan, kami beli dibungkus dan makan di hotel.
Nasi pedas yang memang lezat
Malam itu, kami istirahat sambil beres2 dan packing oleh2 untuk pulang ke jakarta besok.
Tidur, untuk bersiap2 balik ke Jakarta besok
Hari terakhir (17 Juli 2010), pagi2 kami sudah bersiap2 untuk menuju bandara. Sekitar pukul 10 kami sudah sampai di Bandara dan bersiap2 menaiki pesawat Air Asia yang akan membawa kami ke Jakarta.
Menunggu pesawat di bandara Ngurah rai, Denpasar
Foto2 di atas pesawat. kiduuuuuuu.....
Akhirnya, mendarat di Bandara Sukarno Hatta, jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar