Jumat, 24 Desember 2010

BALI, Pulau Dewata

     Bulan Juni - Juli 2010, adalah saat libur sekolah.  Kami merencanakan untuk liburan ke pulau Dewata, Bali.  Namun tgl 12 Juli anak sekolah sudah mulai masuk hari pertama untuk menentukan kelas dan kursi tempat duduk. Sementara cuti saya yang disetujui oleh kantor adalah untuk 13-16 Juli 2010.

Sehingga terpaksa lah Prity harus izin tidak masuk pada minggu pertama sekolah. untuk berangkat liburan kali ini.  Kami merencanakan berada di pulau Bali selama 5 hari (13 Juli s/d 15 Juli 2010). 
Berangkat Selasa, 13 Juli 2010, sebelum subuh kami sudah menuju terminal 3 Bandara Soekarno Hatta.  Terminal 3 ini baru, bagus dan modern, khusus untuk maskapai penerbangan Air Asia dan Mandala air. Setelah shalat subuh di bandara, pesawat yang kami tumpangi, Air Asia berangkat pukul 06.30 WIB.


Sebelum subuh, sudah siap untuk menuju Bandara


     Sekitar pukul 08.30 WITA pagi, kami sampai di bandar udara Ngurah Rai, Denpasar.  Dijemput oleh rekan kantor Cabang Denpasar. Kami sempat keliling2 kota Denpasar sebentar, belanja aqua, makanan ringan, roti, dll , baru kemudian menuju hotel. Mengingat hotel belum bisa chek in sebelum pukul 12.00 siang.


Di Bandara Ngurah Rai

 
     Hotelnya sudah saya pesan jauh2 hari via internet, yaitu TUNES HOTEL dari Tune group, yang terletak di Kuta Square. Rate hotel ini untuk kondisi liburan (musim libur di Bali, mengikuti liburnya turis asing), lumayan murah, hanya Rp 280.000.
Hotelnya bagus dan bersih, air pancuran panas/dingin juga sangat deras mengucur. Mottonya : " Kwalitas bintang 5, namun dengan harga terjangkau ".
Kekurangannya hanya kamarnya terasa sangat kecil. Tidak cocok untuk keluarga dengan lebih dari 2 orang anak. Juga untuk setiap fasilitas tambahan, akan di charge (Handuk, sabun, AC).  Dan di kamar sama sekali tidak ada pesawat TV. (Tapi tidak menjadi masalah.... emang siapa mau nonton TV, saat liburan di Bali).


Tunes Hotel, tempat kami menginap

     Setelah istirahat dan tidur siang, sorenya kami memutuskan untuk keluar hotel. Tujuan utama kami adalah pantai Kuta, yang tidak jauh dari hotel tempat kami menginap.
Kami berjalan menuju pantai Kuta yang tidak sampai 5 menit jika berjalan kaki. Apalagi sepanjang jalan bisa cuci mata, melihat2 berbagai souvenir yang dijajakan, serta turis2 asing yang lalu lalang. Di pantai Kuta kami berfoto2, sambil menunggu sunset. 


Jalan kaki menuju Pantai Kuta


Pintu gerbang ke pantai Kuta

     Seperti biasa,  pantai Kuta yang merupakan salah satu ikon pulau Bali, terlihat ramai dengan turis baik domestik maupun asing serta orang yang bermain layang2 dan surfing. Kami duduk2 di tepi pantai berpasir putih. Pedagang acung, tukang pijat dan tukang kepang terlihat menawarkan dagangannya.  Kami sempat tertarik dan membeli kaca mata hitam untuk gaya2 an.


Ini dia............Duo Maia !!!


     Kami juga sempat melihat ramainya kerumunan orang di tepi pantai, yang ternyata setelah kami dekati sedang ada acara pelepasan tukik (anak penyu) ke laut, yang ramai ditonton oleh turis asing.


Pantai Kuta yang ramai dikunjungi turis domestik maupun asing


Layang2 Bali nan cantik


Suasana pelepasan anak penyu ke laut

Kami bermain di pantai sampai menjelang malam, sambil berfoto2 mengambil moment sunset di pantai Kuta yang terkenal itu.
Setelah puas bermain dan haripun sudah menjelang malam, kami balik ke hotel untuk mandi dan istirahat.


Menunggu sunset


 Duduk santai di tepi pantai


 Turis asing juga bersantai


 Istirahat sejenak setelah capek berjalan


 Ity menuliskan namanya di pasir


 Bermain air di pantai Kuta


 Sunset menjelang


 Prity bergaya


 Mumung ditinggal sendirian.....


 Sempat pusing, sehingga harus minum teh anget...


Sunset di Kuta, tertutup awan


Menjelang sunset

Foto2 di depan Hard Rock Hotel Kuta

     Keesokan harinya (hari ke 2 di Bali) kami merencanakan perjalanan ke luar kota Denpasar terlebih dahulu. Kali ini kami menuju ke arah Timur pulau Bali.  Tujuan pertama adalah PURA TIRTA EMPUL di Tapak Siring.  Pura ini tepat terletak di sisi bawah istana negara Tapak Siring. Namun tampaknya istana negara tidak buka untuk umum hari itu, sehingga kami tidak bisa melihat ke dalamnya.

Yang khas dari pura Tirta Empul adalah pancuran mata airnya yang konon bisa buat awet muda. Dari Istana Negara yang berada di ketinggian, pancuran yang terletak di bawah ini terlihat sangat jelas. Sehingga jika ada yang mandi dipancuran ini akan kelihatan dari istana.


 Jembatan di istana negara Tapak Siring



 Pura Tirta Empul dengan latar belakang Istana Tapak Siring


Muda mudi Bali dalam upacara adat

Sebenarnya sayang sekali, jika sudah sampai di sini tidak mencoba mandi di pancurannya. Tapi karena hari hujan dan dingin, kami mengurungkan niat untuk mandi.


Pancuran Tirta Empul, Tapak Siring


 Masyarakat yang mandi dan berdoa


Sajenan kembang, khas upacara adat masyarakat Bali

Gadis Bali !!

     Dari istana Tapak Siring, kami menuju ke dataran tinggi KINTAMANI. Di sini kami makan siang di sebuah rumah makan dengan latar pemandangan danau Batur serta gunung Merapi. Makan siang di sini not recomended, karena mahal dan kurang enak (makan pecel lele Rp, 25.000 seporsi).


 Danau Batur, dari Kintamani


Gunung Merapi 


Foto berlatar danau Batur


Setelah makan siang kemudian kami menuju ke PURA BESAKIH. Pura Besakih adalah merupakan pura induk dan pura terbesar di pulau Bali.


Pura Besakih dengan latar gunung Agung


     Ketika akan masuk ke Pura, kami sempat mengalami kejadian yang kurang mengenakkan. Karena, walaupun sudah membayar semua retribusi (lengkap dengan karcisnya), kami sempat "diminta" memberi sumbangan sukarela yang dicatat pada sebuah buku. Dan pada buku tersebut angka yang tercantum diberikan pengunjung sebelumnya, adalah  rata2  di atas Rp 200 ribu (benarkah ??..... walahualam).
Dengan rada sungkan, dan agak terpaksa saya memberi Rp 50.000 (itupun dengan perasaan tidak enak, karena merasa memberi paling kecil).
Selain itu kami juga diharuskan memakai pemandu lokal dengan tips Rp 25.000. Padahal supir yang membawa kami sudah bersiap2 untuk memandu, tapi tidak diperbolehkan.

Total biaya untuk memasuki Pura Besakih Rp 100.000, biaya lumayan besar yang saya keluarkan di Bali, untuk memasuki sebuah pura wisata.


Pura Basukian Puseh jagat 


 Tangga masuk ke dalam Pura


 Foto bersama


 Charlie Angel's


 Atap2 Pura


 Ity dan Pupung


 Ity dan Mumung


Jalan berundak2 di dalam Pura


     Namun semua kekecewaan agak terobati ketika melihat Pura Besakih yang besar dan megah. Sayang, ketika kami di sana, latar pemandangan Gunung Agung yang berada di belakang Pura tidak terlihat, karena tertutup awan.
Setelah puas keliling Pura Besakih, berfoto2 dan makan jagung rebus, kamipun kembali ke kota Denpasar dan langsung menuju hotel untuk istirahat.


Kenderaan kami selama di Bali

    Esok harinya (hari ke 3, tgl 15 Juli) pagi2 setelah shalat subuh, kami menuju PANTAI SANUR untuk melihat sun rise (matahari terbit). Hari masih gelap, ketika kami sampai di pantai. Sudah ada beberapa turis lain yang berdatangan dengan tujuan yang sama dengan kami.


 Pagi2 sudah sampai di pantai menunggu sun rise


 Perlahan mulai terang


 Matahari malu2 muncul, tersaput awan


 Silhouette di gajebo


 The silhouette


 Prity dalam bayang2


 Prity berpose dalam silhouette



 Prity in silhouette 1


 Prity in silhouette 2


 Di kaki langit Sanur


 Matahari semakin tinggi


Mentari pagi menjelang


     Di Pantai Sanur kami Foto2 dan berjalan2 sepanjang pantai. Ada yang unik saya lihat, yaitu beberapa penduduk lokal asli Bali yang sembahyang sambil berendam di laut.



 Warga yang berendam di air laut, sambil sembahyang


Kerumunan warga yang berendam


     Ketika berjalan2 sepanjang pantai kami sempat melewati museum pelukis Le Mayeur yg tesohor. Tapi karena masih pagi, museum masih tutup. Kami juga berjalan2 sepanjang pantai, sampai ke hotel Sanur yang ada landasan helikopternya. Di pantai ramai orang yang melakukan senam pagi.


 Museum Le Mayeur di pantai Sanur


Rombongan yang sedang senam pagi


 Landasan helikopter di tepi pantai


 Mumung bergaya turis bule


 Kapal nelayan menjelang sun rise


 Prity, dengan latar pantai Sanur


Pantai Sanur, hotel dan kapal


Sebelum pulang kami sempat melakukan foto session untuk Prity, dengan berbagai gaya berfoto di tepi pantai Sanur.









Prity in action !!


     Setelah puas bermain di pantai Sanur, kami balik ke hotel untuk mandi dan sarapan.  Setelah sarapan, kami bersiap2 menunggu mobil jemputan. Tujuan kami hari ini adalah BEDUGUL. Sebelumnya kami singgah dahulu di PURA TAMAN AYUN.
Pura Taman Ayun adalah Pura Indah yang dikelilingi oleh air (sungai).  Terletak searah jika kita ingin ke Bedugul, sehingga perjalanannya bisa sejalan.
Yang khas dari Pura taman Ayun ini adalah, selain kolam2 yang dipenuhi bunga teratai, adalah atap pura yang berundak2 indah.


Pura Taman Ayun


Semua Pura di Bali mensyaratkan seperti ini 


Prity dengan latar menara Pura Taman Ayun


 Mumung dan Pupung


Mumung dan Prity di puncak menara


 Atap berundak2 yang cantik


     Dari Pura Taman Ayun kami menuju ke Dataran Tinggi Bedugul untuk melihat PURA ULUN DANU yang terletak di tepi danau Bratan. Dipertigaan menuju ke Taman Botanical Bali, kami makan siang siang terlebih dulu di sebuah rumah makan yang tepat berada di pojokan.


 Pura Ulun Danu yang terletak di atas danau 


     Saat itu kami melihat banyak rombongan2 upacara adat yang menuju ke Pura Ulun Danu. Oleh pak Dewo, supir sekaligus guide kami, diterangkan bahwa saat ini adalah musim upacara adat Ngaben (pembakaran mayat). Biasanya abu dari mayat yang telah di bakar di tabur di laut, namun karena di daerah dataran tinggi ini laut letaknya jauh, maka upacara adat ngaben dilakukan di danau Bratan dengan pusat upacara di Pura Ulun Danu.  Karena memang Pura ini terletak di atas Danau
Menurut saya, Pura Ulun Danu merupakan salah satu Pura yang wajib dikunjungi saat berwisata di pulau Bali.


 Keramaian di Pura Ulun Danu


 Pasangan muda mudi bersantai berperahu di danau


Sesajenan untuk upacara


 friendly Bali, boleh foto2 saat upacara


 Patung kodok di Pura


 Ity di jembatan danau Bratan dengan busana rajutan Bali


 Ity with Pupung


 Pura dan Masjid berdiri berdampingan


 Mumung


 Perhatikan, uang 50 ribu  dan 100 ribu asli untuk sesajen


Nih, uang 50 ribu lebih jelas.....


     Balik dari Bedugul kami singgah ke PASAR SUKOWATI untuk belanja oleh2.  Belanja di sini banyak pilihannya dan harganya pun terjangkau dibanding membeli di Kuta atau Denpasar.
Kami sempat mencoba untuk mengejar sun set di PURA ULUWATU. Namun ternyata hari sudah terlalu malam sehingga kami tidak bisa melihat apa2.  Bahkan Pak Dewo yang memandu kami sempat ditegur, kenapa turisnya di bawa sudah terlalu malam. Akhirnya kamipun balik ke Hotel.


Pura Uluwatu, menjelang malam

 
    Hari ke 4 (tgl 15 Juli 2010) kami menuju TANAH LOT. Agak siangan, karena sempat nyasar dulu gara2 GPS salah menentukan posisi (saya mencoba setir sendiri, sambil liat2 petunjuk jalan dan GPS).
Pemandangan di Tanah Lot sangat indah, dengan pura yang seolah2 berada di atas batu karang di tengah laut. Saran saya datang menjelang sun set, pemandangannya akan sangat luar biasa.  Tapi karena sudah pernah liat sun set di Tanah Lot kunjungan kali ini perginya agak pagian.



Sekilas Pura tanah Lot dari arah Gerbang masuk

 

     Saat itu kami tidak dapat berjalan mencapai Pura, karena sedang pasang naik, sehingga air laut menggenangi jalan ke Pura. Selain melihat pura, kami juga berjalan agak ke kanan mengunjungi semacam karang bolong yang juga ada pura kecil di atasnya. Dari atas, terlihat ombak besar di bawahnya menghantam keras tebing2 karang.


Papan peringatan pasang naik


Prity di pura tanah lot


Prity dengan latar karang bolong


 Karang bolong di tanah Lot dengan pura di atasnya


 Jalan yang sempit dan terjal menuju pura


Ity dan pupung di Tanah Lot (Manggok mode - ON)


     Dari tanah lot, siangnya kami menuju ke GWK (Garuda Wisnu Kencana). Setelah makan siang terlebih dulu di sebuah rumah makan minang di dekat situ, kamipun sampai di GWK.
GWK adalah suatu kompleks taman sangat luas, dimana terdapat patung raksasa Garuda Wisnu Kencana.
Patung ini terbuat dari tembaga, dan terdiri dari beberapa potongan badan, yaitu : potongan 1/2 badan dan kepala Wisnu berada di bagian depan (pertama masuk), dan lokasi berikutnya kepala garuda di bagian bawah. Di depan kepala garuda terdapat lapangan yang dikelilingi oleh tebing2 buatan.  


 Patung Wisnu


 Patung kepala garuda


Persiapan pentas menghadap ke panggung Kepala Garuda 


 Bukit2 buatan yang akan tampak indah disorot lampu


 Ini kendaraan apa ya ??


Miniatur patung Garuda Wisnu Kencana


     Di lapangan ini sering di adakan upacara gala dinner, dengan lampu2 warna warni menyorot dinding tebing, serta panggung berlatar kepala Garuda (Mirip panggung Ramayana, berlatar candi Prambanan) yang sangat eksotis.
Di parkiran GWK ini saya sempat melihat kenderaan aneh yang dikendarai 2 orang anak. Belakangan saya mengetahui namanya "Segwey" yang akhirnya juga populer di Jakarta.

     Kunjungan terakhir kami di pulau Bali sore itu adalah PURA ULUWATU. Pura Uluwatu tidak jauh dari GWK. Pura ini berada di pinggir tebing terjal yang langsung berhadapan dengan lautan luas.  Kami sampai di Pura Uluwatu hari masih sore. Kami berjalan2 dulu dan bertemu dengan monyet2 nakal, sehingga harus berbekal sebatang ranting kayu untuk menakuti monyet. Selama di situ ada saja barang2 pengunjung yang diambil monyet2 nakal tersebut, seperti sendal, topi dan kacamata. Harap berhati2 dengan monyet2 di Pura Uluwatu ini.


Pura yang berada di bibir tebibg terjal 


 Prity bersiap2 dengan tongkat pemukul monyet


 Mumung di Uluwatu (Manggok mode - ON)


 Pura Uluwatu


 Tebing2 nan curam


 jalan berliku di sepanjang bibir tebing, seperti di tembok cina


Pura di tebing terjal


     Menjelang senja kami membeli karcis untuk nonton tiket pertunjukan tari kecak. Tiketnya lumayan mahal juga, Rp 75.000/orang.   Setelah membeli tiket untuk 3 orang kami menuju panggung pertunjukan.
Panggungnya tidak jauh dari Pura dan berada di ketinggian. Dengan bangku2 bersusun bertingkat mengelilingi pelataran panggung yang berada di bawahnya.  Dari tempat duduk panggung ini, terlihat lautan luas dan sepotong bangunan pura di atas tebing.



 Panggung dan penonton menunggu Tari kecak


Matahari sore menyorot panas, sehingga harus pakai kain pelindung

Tak lama menunggu, petunjukanpun dimulai. Pertunjukan tari kecaknya terasa sakral dan bernuansa magis. Karena bau dupa, suasana temaram, bangunan pura, lampu2 obor dan latar belakang sun set yang begitu indah.


Tari Kecak berlatar sunset nan Indah 


 Api dan dupa, menimbulkan suasana magis


Sun set di Uluwatu

Pertunjukan ini sepertinya menceritakan epos Ramayana. Dengan si raja kera Hanoman dan hantu2 lucu yang bermain, dengan ikut melibatkan beberapa penonton.  Sehingga terasa menarik dan membuat beberapa turis asing tertawa terpingkal2.


Pertunjukan tari Kecak


 Para penari kecak


  Pertunjukan dengan latar sun set


 Tarian magis, dengan suasana indah


Pura Uluwatu terlihat di kejauhan


 Penari dan penonton berkeliling mengelilingi api


 Bulan muncul, walau sepotong


 Perang melawan raksasa


 Badut2 lucu yang mengajak penonton berpartisipasi


 Penonton turut dilibatkan


Pertunjukan api menambah seru pertunjukan


     Pertunjukannya cukup lama juga, sekitar 1 jam. Dan dalam sekali pertunjukan bisa menyedot sekitar 1000 an penonton (Saya sempat menghitung2, sekali pertunjukan 75.000 x 1.000 orang = 75.000.000, lumayan juga untuk penghasilan 1 malam saja !!), Sehingga ketika turun menuju ke Denpasar, deretan mobil terlihat antri panjang meninggalkan Uluwatu.
Overall, menonton tari kecak di Pura Uluwatu adalah pengalaman yang mengesankan dan saya sangat merekomendasikan.

Sepulang dari Uluwatu kami singgah untuk mencoba kuliner yang saat itu sedang cukup populer di Bali, yaitu Nasi Pedas. Warung nasi pinggir jalan ini konon ramai di datangi artis, untuk menjajal nasi pedasnya. Karena sudah kecapekan, kami beli dibungkus dan makan di hotel.


Nasi pedas yang memang lezat

 

Malam itu, kami istirahat sambil beres2 dan packing oleh2 untuk pulang ke jakarta besok.

Tidur, untuk bersiap2 balik ke Jakarta besok


     Hari terakhir (17 Juli 2010), pagi2 kami sudah bersiap2 untuk menuju bandara. Sekitar pukul 10 kami sudah sampai di Bandara dan bersiap2 menaiki pesawat Air Asia yang akan membawa kami ke Jakarta.


Menunggu pesawat di bandara Ngurah rai, Denpasar 


Foto2 di atas pesawat. kiduuuuuuu..... 


Akhirnya, mendarat di Bandara Sukarno Hatta, jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar